D. MENGHITUNG SKALA
1.
Menentukan Skala
Pada peta yang belum memiliki skala maka harus ditentukan skalanya dengan
berbagai variasi bentuk soal sebagai berikut:
a. Membandingkan jarak 2 obyek
(titik) pada peta dengan 2 obyek pada jarak sebenarnya.
Pada peta kadaster sertifikat rumah yang tidak berskala setelah dilakukan
pengukuran diketahui, jarak antara 2 obyek pada peta
adalah 8 cm. Sedangkan pada pengukuran jarak antara 2 obyek sebenarnya di lapangan
diketahui 40 meter. Berapakah skala peta tersebut?
Skala
= JP : JS
Skala
= 8 cm : 40 m
Skala
= 8 cm : 4000 cm
pada
skala jarak peta selalu 1 Cm maka dari soal tersebut masing-masing dibagi 8
Jadi
skala peta tersebut adalah 1 : 500
Dari
soal tersebut akan berkembang menjadi soal mencari jarak peta dan jarak
sebenarnya di muka bumi. untuk mencari jarak peta dengan cara jarak
sebenarnya dibagi skala dan untuk mencari jarak sebenarnya dengan cara skala
dikalikan dengan jarak peta.
Soal
juga akan berkembang dalam bentuk jarak sebenarnya dalam Grid letak astronomi
misal:
contoh sama lintang
kota
Limbau terletak di 4°LU - 6°LU sementara jarak di peta 10 Cm maka tentukan
skala peta tersebut.
jarak sebenarnya 6°- 4°(dalam 1 lintang di kurangi
kalau beda lintang ditambah) = 2°
Jarak sebenarnya = 2° x 111Km(setiap 1 °=111 Km) =
222Km=22.200.000Cm
skala peta = 10:22.200.000
skala peta = 1:2.220.000
contoh beda lintang:
kota
Mimbau terletak di 1°LU - 6°LS sementara jarak di peta 5 Cm maka tentukan
skala peta tersebut.
jarak sebenarnya 1°+ 6°(dalam 1 lintang di kurangi
kalau beda lintang ditambah) = 7°
Jarak sebenarnya = 7° x 111Km(setiap 1 °=111 Km) = 777
Km=77.700.000 Cm
skala peta = 5:77.700.000
skala peta = 1: 15.540.000
b. Membandingkan dengan peta lain yang sama memiliki skala yang berbeda
Pada peta yang tidak memiliki skala
dapat diberi skala dengan cara misal terdapat peta tidak berskala didapat
jarak antara 2 titik adalah 3 cm, sedangkan pada peta yang berskala 1 :
200.000 jarak antara 2 titik yang sama adalah 5 cm. Maka dari data tersebut
dapat untuk menentukan skala peta yang belum berskala dengan cara:
Dari konsep tersebut akan berkembang menjadi soal untuk skala peta di perbesar atau diperkecil
Misal:
Peta negara
Fiji dengan skala 1: 250.000 di perkecil 2 kali maka peta baru akan berskala:
skala peta
baru = skala peta lama x 2 = 500.000
skala peta
baru = 1 : 500.000
Peta pulau
Rote 1: 100.000 diperbesar 4 kali maka skala peta baru:
skala peta
baru = skala peta lama : 4
skala peta
baru = 100.000 : 4 = 25.000
skala peta
baru = 1: 25.000
Peta pulau Kambing I memiliki skala 1: 1.000.000 dengan jarak peta 4 cm, sedangakan pada peta pulau kambing II tidak memiliki skala 1:500.000 dengan jarak peta tidak diketahui. maka cara mencari jarak peta II
jarak peta II = (peta skala I/skala peta II) x jarak peta I
jarak peta II = (1.000.000/500.000) x 4
jarak peta II =(2) x 4
jarak peta II = 8
Jadi untuk mencari baik jarak peta maupun skala peta dilihat masalahnya dulu apakah memperbesar peta atau memperkecil. jika memperbesar maka jarak peta lebih panjang tetapi skalanya akan menjadi lebih kecil tetapi jika memperkecil peta maka jarak peta menjadi lebih pendek tetapi skala menjadi lebih banyak.
c.
Menentukan skala peta kontur
Garis kontut merupakan garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan ketinggian sama.
Peta kontur diatas dicari skalanya dengan rumus sebagai berikut:Contour Interval merupakan jarak antar kontur. peta diatas menunjukkan bahwa selisih setiap kontur 105 m sehingga skala = 105 x 2000/1 = 210.000
Jadi singkatnya Skala peta kontur = Ci x 2000
Contoh :
Sebuah
peta topografi daerah gunung berapi diketahui memiliki jarak antar garis kontur
sebesar 20 m, maka berapa skala pada peta kontur tersebut?
S = 2.000 x Ci
S = 2.000 x 20
S = 40.000
Jadi skala pada peta kontur
tersebut adalah 1 : 40.000
2. Menentukan Gradient(Kemiringan)
skala peta kontur berkaitan dengan kemiringan atau gradien suatu lereng yang di dapat dari:
Perhatikan peta kontur diatas, untuk mencari gradien kemiringan antar titik A-B yang berjarak 5 Cm
Langkah pertama mencari skala terlebih dahulu.
Skala = Ci x 2000
= 50 x 2000
= 100.000
Skala = 1:100.000
berikutnya mencari jarak Horizontal
jarak peta A-B = 5 Cm dengan skala 1:100.000
maka
Jarak Sebenarnya 5 x 100.000 = 500.000 cm = 5000 m
Jarak Vertikal atau beda tinggi antara A-B = 200 - 0 = 200 m
Gradient = (200 m/5000m) x 100%
= 4%
2.
Mengubah Skala
Dalam peta terdapat 2 macam skala yaitu skala angka(numerik) yang dinyatakan dalam centimeter dan skala garis yang dinyatakan dalam kilometer.
Skala angka diubah menjadi skala garis
skala 1: 500.000 diubah menjadi skala garis dengan cara mengubah satuan dari centimeter menjadi kilometer.
Skala garis diubah menjadi skala angka
Skala angka diubah menjadi skala garis
skala 1: 500.000 diubah menjadi skala garis dengan cara mengubah satuan dari centimeter menjadi kilometer.
Skala garis diubah menjadi skala angka
dengan cara mengubah satuan dari kilometer menjadi centimeter kebalikan dari contoh diatas.
E.PROYEKSI
PETA
Proyeksi peta merupakan cara untuk
menggambarkan atau memindahkan bola bumi yang berbentuk bulat ke atas media
yang datar.
Syarat Peta:
- Conform berarti sama bentuk
- Equivalen berarti sama luas
- Equidistance berarti sama jarak
Macam-macam
proyeksi peta :
a. Proyeksi peta menurut jenis
bidang proyeksi dibedakan :
Proyeksi Zenithal (Azimuthal),
adalah proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya.
Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik. Proyeksi ini
menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik
pusat proyeksi. Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu:
a.
Proyeksi Azimut Normal yaitu bidang proyeksinya menyinggung kutub.
b. Proyeksi
Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator.
c. Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat
antara kutub dan ekuator.
2. Proyeksi Kerucut
Proyeksi
Kerucut yaitu pemindahan garis-garis meridian dan paralel dari suatu globe ke
sebuah kerucut. Untuk proyeksi normalnya cocok untuk memproyeksikan daerah lintang tengah (miring).
Proyeksi ini
memiliki paralel melingkar dengan meridian berbentuk
jari-jari. Paralel berwujud garis lingkaran sedangkan bujur berupa jari-jari.
Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan globe pada kerucut yang
menyinggung atau memotong globe kemudian di buka, sehingga bentangnya
ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi ini paling tepat untuk menggambar
daerah daerah di lintang 45°.
Proyeksi kerucut dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
a.
Proyeksi kerucut normal atau standar
Jika garis singgung bidang kerucut pada bola bumi terletak
pada suatu paralel (Paralel Standar).
b. Proyeksi
Kerucut Transversal
Jika kedudukan sumbu kerucut terhadap sumbu bumi tegak
lurus.
c.
Proyeksi Kerucut Oblique (Miring)
Jika sumbu kerucut terhadap sumbu bumi terbentuk miring.
3. Proyeksi Silinder
Proyeksi Silinder adalah suatu proyeksi permukaan bola bumi
yang bidang proyeksinya berbentuk silinder dan menyinggung bola bumi. Apabila
pada proyeksi ini bidang silinder menyinggung khatulistiwa, maka semua garis
paralel merupakan garis horizontal dan semua garis meridian merupakan garis
lurus vertikal. Penggunaan proyeksi silinder mempunyai beberapa keuntungan
yaitu:
1. Dapat
menggambarkan daerah yang luas.
2. Dapat
menggambarkan daerah sekitar khatulistiwa.
3. Daerah
kutub yang berupa titik digambarkan seperti garis lurus.
4. Makin
mendekati kutub, makin luas wilayahnya.
Jadi keuntungan proyeksi ini yaitu cocok untuk menggambarkan
daerah ekuator/katulistiwa, karena ke arah kutub terjadi pemekaran garis
lintang.
Proyeksi Gubahan
(Proyeksi Arbitrary)
1. Proyeksi
Bonne (Equal Area)
·
Sifat-sifatnya sama luas.
·
Sudut dan jarak benar pada meridian tengah dan
pada paralel standar. Semakin jauh dari meridian tengah, bentuk menjadi sangat
terganggu.
·
Baik untuk menggambarkan Asia yang letaknya di
sekitar khatulistiwa.
2. Proyeksi
Sinusoidal
·
Pada proyeksi ini menghasilkan sudut dan jarak
sesuai pada meridian tengah dan daerah khatulistiwa sama luas.
·
Jarak antara meridian sesuai, begitu pula jarak
antar paralel.
·
Baik untuk menggambar daerah-daerah yang kecil
dimana saja. Juga untuk daerah-daerah yang luas yang letaknya jauh dari
khatulistiwa.
·
Proyeksi ini sering dipakai untuk Amerika
Selatan, Australia dan Afrika.
3. Proyeksi
Polyeder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20′. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar.
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20′. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar.
4. Proyeksi
Mercator
Proyeksi Mercator merupakan proyeksi silinder normal konform, dimana seluruh muka bumi dilukiskan pada bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan bola bumi, kemudian silindernya dibuka menjadi bidang datar.
Sifat-sifat proyeksi Mercator yaitu:
a. Hasil proyeksi adalah baik dan betul untuk daerah dekat ekuator, tetapi distorsi makin membesar bila makin dekat dengan kutub.
b. Interval jarak antara meridian adalah sama dan pada ekuator pembagian vertikal benar menurut skala.
c. Interval jarak antara paralel tidak sama, makin menjauh dari ekuator, interval jarak makin membesar.
d. Proyeksinya adalah konform.
e. Kutub-kutub tidak dapat digambarkan karena terletak di posisi tak terhingga.
Proyeksi Mercator merupakan proyeksi silinder normal konform, dimana seluruh muka bumi dilukiskan pada bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan bola bumi, kemudian silindernya dibuka menjadi bidang datar.
Sifat-sifat proyeksi Mercator yaitu:
a. Hasil proyeksi adalah baik dan betul untuk daerah dekat ekuator, tetapi distorsi makin membesar bila makin dekat dengan kutub.
b. Interval jarak antara meridian adalah sama dan pada ekuator pembagian vertikal benar menurut skala.
c. Interval jarak antara paralel tidak sama, makin menjauh dari ekuator, interval jarak makin membesar.
d. Proyeksinya adalah konform.
e. Kutub-kutub tidak dapat digambarkan karena terletak di posisi tak terhingga.
5. Proyeksi
Mollweide
Pada proyeksi ini sama luas untuk berubah di pinggir peta.
Pada proyeksi ini sama luas untuk berubah di pinggir peta.
6. Proyeksi
Homolografik (Goode)
Sifatnya sama luas. Merupakan usaha untuk membetulkan kesalahan yang terjadi pada proyeksi Mollweide. Baik untuk menggambarkan penyebaran
Sifatnya sama luas. Merupakan usaha untuk membetulkan kesalahan yang terjadi pada proyeksi Mollweide. Baik untuk menggambarkan penyebaran
F. SUDUT ARAH
Dua cara
untuk menyatakan besarnya sudut arah, yaitu Bearing dan Azimuth.
1. Penentuan arah model AZIMUTH
Sudut yang diukur dimulai dari utara
kompas sebagai 0° dan di hitung searah jarum jam sampai 360°
besarnya arah dari 0° sampai
360° .
2. Penentuan
arah model Arah kelurusan (Bearing)
Bearing merupakan sudut arah yang
diukur dari utara atau selatan magnet Bumi ke titik lain searah atau berlawanan
arah jarum jam dengan sudut maksimum 90°. Untuk menunjukkan awal dan arah
pengukuran, di depan angka harus ditulis S (dari selatan) atau U (utara) serta
di belakang angka diikuti huruf T (timur) atau B (barat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar