PEMBEBASAN MOJOKRAPAK DARI BENCANA
BANJIR
Oleh Juli Murtini
Mojokrapak merupakan sebuah
desa di wilayah Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang,
Provinsi Jawa Timur. Desa mojokrapak ini memiliki luas lahan 2,60 Km2 menjadi
desa terluas di kecamatan Tembelang. Dilihat
dari persebaran penduduknya desa ini terdiri dari 7 dusun yaitu dusun Gilang,
Sugih waras, Plembon, Bulak, Gondang, Ngledok, Krapak yang dipisahkan oleh
hamparan lahan pertanian sawah bahkan bisa dikatakan penduduk hidup dari
aktivitas pertanian.Dengan jumlah penduduk 7.289 jiwa menjadikan Mojokrapak
memiliki penduduk terbesar se kecamatan Tembelang.
Mojokrapak secara geografis terletak
di pinggiran kota Jombang yang masyarakatnya cenderung menuju ke kehidupan
modern tetapi masih mempertahankan budaya dan kearifan lokal. Adanya jalan
antar kabupaten(menuju kabupaten Tuban, lamongan dan Bojonegoro) yang melintasi
desa Mojokrapak turut mempengaruhi perkembangan desa dalam segala bidang baik
pendidikan, ekonomi sosial bahkan industry. Adanya lintasan jalan tol yang
menjadikan Mojokrapak menjadi pintu masuk keluar Tol sedikit banyak berpengaruh
terhadap harga lahan, sehingga desa ini cukup menarik investor ataupun penduduk
secara individu untuk tinggal atau menginginkan lahan di wilayah Mojokrapak.
Topografi desa mojokrapak merupakan
daerah dataran rendah yang dilewati sungai kecil yang berasal dari Jombang
selatan. Hal ini memberikan masalah yang kian tahun intensitasnya meningkat
yaitu berupa banjir baik langsung ataupun kiriman dari wilayah selatan yang
melanda salah satu dusun yaitu dusun ngledok yang memiliki ketinggian lebih
rendah dari daerah sekitar. Pemandangan
banjir tersebut menjadi wajah dari desa Mojokrapak karena wilayah terdampak
berada di sepanjang jalur kabupaten yang memberikan gambaran buruk tentang
Mojokrapak yang sebenarnya memiliki banyak potensi.
Intensitas banjir yang setiap tahun meningkat merupakan masalah
yang perlu solusi dari setiap elemen masyarakat baik pemerintah kabupaten, kecamatan,
desa, lembaga swadaya masyarakat dan setiap anggota masyarakat. Penerimaan
setiap keadaan yang sifatnya sementara bukanlah jawaban atas permasalah banjir
di dusun Ngledok Mojokrapak yang memiliki topografi rendah, tetapi bagaimana
masalah tersebut dapat di selesaikan baik secara totalitas maupun penekanan
intensitas yang cenderung naik setiap tahunnya dengan pengembangan berbasis
lingkungan serta cara mensosialisasikan solusi tersebut.
Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana menyebutkan definisi bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Banjir merupakan salah satu bentuk
bencana alam metrohidrologi yang saling terkait.
Banjir terjadi karena beberapa hal diantaranya curah hujan yang
tinggi, topografi rendah, keadaan tanah yang porositasnya rendah, ketiadaan vegetasi
dan faktor ulah manusia yang tidak peduli lingkungan (Geografi SMA X). Banjir
di Indonesia menjadi bahan berita media setiap saat karena iklim tropis basah
yang di miliki Indonesia menyebabkan curah hujan yang cukup tinggi dan menjadi
faktor utama terjadinya banjir.
Bentuk muka bumi kabupaten Jombang dapat dijabarkan bagian selatan
merupakan daerah dataran tinggi atau pegunungan, debelang utara perbukitan
kapur sedangkan bagian tengah dari arah barat daya ke timur laut merupakan
daerah dataran rendah yang dilalui sungai berantas. Secara geografis wilayah
desa Mojokrapak berada ditengah-tengah kabupaten jombang yang merupakan daerah
dataran rendah dengan dilalui sungai kecil menuju sungai berantas. Wilayah desa
mojokrapak yang terdampak sangat tinggi oleh banjir adalah dusun ngledok yang
merupakan daerah cekung padat penduduk karena berada disepanjang pusat desa
dengan jalur kabupaten.
Sumber banjir yang terjadi tidak serta merta berasal dari desa
Mojokrapak tetapi juga dari kiriman daerah hulu kabupaten Jombang bagian
selatan dapat diatasi dengan pengerukan sungai lebih dalam lagi sehingga dapat
menampung debit air hujan dan penataan saluran air setelah wilayah mojokrapak
yang terintegrasi menuju suangai utama.
Topografi wilayah dusun ngledok yang berupa cekungan bahkan
ketinggiannya lebih rendah dari sungai menjadikan masalah yang tidak
terpecahkan karena air yang masuk wilayah dusun ngledok tidak dapat keluar
dikarenakan wilayah sekitar memiliki ketinggian lebih tinggi. Dari keadaan
tersebut solusi seperti pembuatan sumur resapan, biopori harus tetap dilakukan
di setiap rumah tangga dan perencanaan secara terintegrasi dalam kesatuan
wilayah dusun dengan pembuatan embung-embung sebagai daerah jebakan air dengan
menggunakan lahan warga secara sukarela yang sekaligus dimanfaatkan sebagai
lahan usaha budidaya yang berhubungan dengan air misalnya perikanan. Selain itu
pembanguan rumah-rumah baru pun harus dengan bentuk panggung yang bagian bawah
dijadikan embung untuk jebakan air. Meninggikan bangunan rumah yang rata-rata
dilakukan penduduk bukan solusi yang tepat dan cenderung menjadi solusi yang
bersifat individu karena masalahnya adalah bagaimana membuang air genangan ke
suatu tempat. Usaha ini menjadi tanggung jawab bersama warga satu dusun dalam
arti setiap pembangunan bangunan baru yang menjadi target daerah jebakan air ada
infrastruktur yang menjadi tanggung jawab dusun dalam pembangunannya sementara
yang bangunan rumah menjadi tanggung jawab pemilik pribadi.
Penanganan air ini juga bisa dilakukan dengan mewajibkan setiap
rumah tangga memiliki sumur resapan ataupun embung ukuran kecil yang dapat
menampung air hujan di sekitar rumah agar tidak mengalir bebas menjadi banjir.
Menjadi hal yang wajib lahan tidak boleh penuh untuk bangunan rumah harus ada
sedikit ruang terbuka atau jika tertutup tetap dalam bentuk bawah terdapat
ruang untuk menampung air.
Pembuaatan embung sebagai tempat menjebak air juga bias dilakukan
dengan cara secara swadaya masyarakat membeli tanah warga yang nantinya menjadi
milik umum bahkan dijadikan ruang terbuka hijau yang dilengkapi fasilitas umum
agar pemanfaatanya dapat dilakukan semaksimal mungkin.
Penanganan air ini juga bisa dilakukan dengan mewajibkan setiap
rumah tangga memiliki sumur resapan ataupun embung ukuran kecil yang dapat
menampung air hujan di sekitar rumah agar tidak mengalir bebas menjadi banjir.
Menjadi hal yang wajib lahan tidak boleh penuh untuk bangunan rumah harus ada
sedikit ruang terbuka atau jika tertutup tetap dalam bentuk bawah terdapat
ruang untuk menampung air.
Pembuaatan embung sebagai tempat menjebak air juga bias dilakukan
dengan cara secara swadaya masyarakat membeli tanah warga yang nantinya menjadi
milik umum bahkan dijadikan ruang terbuka hijau yang dilengkapi fasilitas umum
agar pemanfaatanya dapat dilakukan semaksimal mungkin.
Fenomena lain yang membuat air masuk ke wilayah dusun ngledok
adalah adanya saluran pembuangan limbah rumah tangga atau drainase air menuju
sungai harus ditutup total atau system buka tutup. Karena pada musim hujan
tidak mungkin air dari wilayah pemukiman mengalir sungai justru sebaliknya air
sungai yang meluap masuk pemukiman sehingga perlu banguanan infrastruktur
berupa tanggul yang lebih tinggi agar air tidak masuk wilayah pemukiman.
Faktor lain dari penyebab
terjadingan banjir yang terjadi di dusun Ngledok, desa Mojokrapak yaitu masalah
vegetasi dan faktor manusia dapat dilakukan secara bersama karena vegetasi di
lakukan dengan reboisasi yang dilakukan masyarakat dan kepedulian lingkungan
juga perlu ditingkatkan diantaranya penangan sampah melalui program –program
nyata missal pembuatan bank sampah dan gerakan 4 R(Replace, reduce, reuse, serta recycle) serta kesadaran bahwa banjir adalah masalah bersama
yang penanganannya juga harus bersama-sama. Salah satu komponen masyarakat
tidak peduli maka masalah tidak akan terselesaikan.
Dari uraian solusi dari masalah
banjir di dusun Ngledok, desa Mojokrapak diatas cenderung dipengaruhi factor
topografi yang solusinya berupa berbagai alternative pembangunan infrastruktur
penanganan banjir maka cara-cara sosialisasi dari ide-ide diatas dilakukan
secara terprogram melalui berbagai pemberian penjelasan-penjelasan kepada
kelompok masyarakat misalnya yang ada di desa Mojokrapak adalah rapat desa,
forum ketua RT, pertemuan Dasa wisma, pertemuan PKK, pertemuan yasinan, melalui
kultum di mushola, pendidikan formal yang ada di lingkungan desa yang di
jelaskan secara audio visual agar mampu meyakinkan masyarakat bahwa ide yang di
usulkan benar-benar mengubah pola piker dan mampu mengatasi masalah banjir di
Wajah Desa Mojokrapak.